BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar
Belakang
Logam
transisi adalah suatu unsur yang dapat membentuk satu atau lebih ion stabil
yang memiliki orbital d dan f yang tidak terisi sbagian (incompletely filled d
orbitals) (Aini, 2009). Karena logam transisi ini merupakan logam yang mempunyai sifat yang lunak yaitu
memiliki ion stabil yang lebih dari satu dan berbeda dari logam alkali dan
alkali tanah yang mempunyai ion stabil satu maka logam transisi ini disebut
logam golongan B. Logam golongan IB juga merupakan logam golongan trransisi
yang terdiri dri unsur tembaga (Cu), perak(Ag), emas (Au), dan Roentgenium
(Rg).
Dalam
keidupan sehari-hari, sering sekali kita jumpai golongan transisi IB ini.
Khususnya wanita sangat menyukai dan merupakan onsumer dari emas dan perak.
Sdangkan tembga sering digunakan dalam kehidupan sehari-hari sebagai konduktor
ataupun kabel listrik. Selain itu logam mata uang kita juga menggunakan logam
gologan transisi.
Kelimpahan
dari tembaga (Cu), perak(Ag), emas (Au) sangat kecil, khususnya untuk perak
(Ag) dan emas (Au). Unsur-unsur golongan IB memiliki sifat lunak sehinga mudah
ditempa sesuai dengan desain yang diinginkan dan sering digunakan untuk uang
logam, selain itu logam golongan IB bersifat inert (tidak reaktif). Tembaga
merpakan logam yang memiliki daya hantar listrik yang baik, sehingga sering
digunakan untuk kabel penghantar listrik. Tembaga juga banyak diguanakan
sebagai konduktor listrik,alat solder, bahan dasar pembuatan kuningan dan
perunggu, dan masih banyak lagi.
Emas
merupaan element yang dikenal sabagai lgam mulia. Emas temasuk golongan native
element, dengan sedikit kandungan perak, tembaga, atau besi. Warnanya kuning
keemasan denga kekerasan 2,5-3 skala Mohs. Bentuk kristal isometrik oktahedron
atau dodekahedron . untuk lebih jelaskannya lagi mengenai logam golongan
transisi IB ini akan dibahas di makalah ini.
1.2 Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dalam makalah ini adalah:
1.
Bagaimana sifat fisika dan sifat kimia logam golongan
IB?
2.
Bagaiman sumber logam golongan IB di alam?
3.
Bagaimana cara isolasi pada logam golongan IB?
4.
Bagaimana reaktifitas pada logam golongan IB?
5.
Bagaimana senyawaan logam golongan IB dan reksinya
dengan unsur lain?
6.
Bagaimana ikatan yang terbentuk senyawaan logam
golongan IB?
1.3. Tujuan Penyusunan Makalah
Tujuan
dari penyusunan makalah ini adalah agar
mahasiswa lebih mengetahui sifat fisika dan sifat kimia logam golongan IB, sumber
logam golongan IB di alam, cara isolasi logam golongan IB, reaktifitas logam
golongan IB, reaksi logam golongan IB dengan unsur lain, dan ikatan yang
terbentuk dari senyawaan logam golongan IB.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Sifat Fisika dan Kimia Logam Cu, Ag, dan Au
Logam
golongan IB merupakan logam golongan trransisi yang terdiri dri unsur tembaga
(Cu), perak(Ag), emas (Au), dan Roentgenium (Rg). Unsur Rg merupaka unsur
radioaktif yang memiliki waktu paruh 23 detik, dan dalam makalah ini hanya
ditekankan pada unsur Cu, Ag, dan Au.
a.
Tembaga
(Cu)
Pada zaman Yunani, logam ini dikenal dengan
nama chalkos. Cu (Tembaga) merupakan salah satu unsur logam transisi yang
berwarna cokelat kemerahan dan merupakan konduktor panas dan listrik yang
sangat baik. Di alam, tembaga terdapat dalam bentuk bebas maupun dalam bentuk
senyawa-senyawa, dan terdapat dalam bentuk biji tembaga seperti (CuFeS2), cuprite
(Cu2O), chalcosite (Cu2S), dan malasite (Cu2(OH)2CO3). Tembaga dengan nama
kimia Cupprum dilambangkan dengan Cu, unsur logam ini berbentuk kristal dengan
warna kemerahan. Dalam tabel periodik unsur-unsur kimia tembaga menempati
posisi dengan nomor atom (NA) 29 dan mempunyai bobot atom (BA) 63,546. Unsur
tambahan di alam dapat ditemukan dalam bentuk persenyawaan atau dalam senyawa
padat dalam bentuk mineral. Dalam badan perairan laut tembaga dapat ditemukan
dalam bentuk persenyawaan ion seperti CuCO3, CuOH, dan sebagainya (Fribeg,
1977). Tembaga (Cu) mempunyai sistem kristal kubik, secara fisik berwarna kuning
dan apabila dilihat dengan menggunakan mikroskop bijih akan berwarna pink
kecoklatan sampai keabuan. Unsur tembaga terdapat pada hampir 250 mineral, tetapi
hanya sedikit saja yang komersial. Pada endapan sulfida primer, kalkopirit (CuFeS2)
adalah yang terbesar, diikuti oleh kalkosit (Cu2S), bornit (Cu5FeS4), kovelit
(CuS), dan enargit (Cu3AsS4). Mineral tembaga utama dalam bentuk deposit oksida
adalah krisokola (CuSiO3.2HO), malasit (Cu2(OH)2CO3), dan azurit
(Cu3(OH)2(CO3)2).
Sifat Fisika:
§ Tembaga merupakan logam
yang berwarna kuning kemerahan seperti emas kuning dan keras bila tidak murni.
§ Mudah ditempa (liat) dan
bersifat mulur sehingga mudah dibentuk menjadi pipa, lembaran tipis dan kawat.
§ Konduktor panas dan
listrik yang baik, kedua setelah perak.
§ Bentuk :
padat
§ Warna :
logam merah jambu
§ Massa Jenis :
8.96 g/cm³
§ Titik Lebur :
1357.77 K (1084.62 °C, 1984.32 °F)
§ Titik Didih :
2835 K (2562 °C, 4643 °F)
§ Kalor Peleburan : 13.26 kJ/mol
§ Kalor Penguapan : 300.4 kJ/mol
§ Kapasitas Kalor : (25 °C) 24.440 J/(mol·K)
Sifat Kimia :
§ Tembaga merupakan unsur
yang relatif tidak reaktif sehingga tahan terhadap korosi. Pada udara yang
lembab permukaan tembaga ditutupi oleh suatu lapisan yang berwarna hijau yang
menarik dari tembaga karbonat basa, Cu(OH)2CO3.
§ Tembaga panas dapat
bereaksi dengan uap belerang dan halogen. Bereaksi dengan belerang membentuk
tembaga(I) sulfida dan tembaga(II) sulfida dan untuk reaksi dengan halogen
membentuk tembaga(I) klorida, khusus klor yang menghasilkan tembaga(II)
klorida.
§ Pada umumnya lapisan
Tembaga adalah lapisan dasar yang harus dilapisi lagi dengan Nikel atau Khrom.
Pada prinsipnya ini merupakan proses pengendapan logam secara elektrokimia,
digunakan listrik arus searah (DC). Jenis elektrolit yang digunakan adalah tipe
alkali dan tipe asam
§ Nama, Lambang, Nomor
Atom : tembaga, Cu, 29
§ Deret Kimia : logam transisi
§ Golongan, Periode, Blok : 11, 4, d
§ Massa Atom : 63.546(3)
g/mol
§ Konfigurasi Elektron :
[Ar] 3d10 4s1
§ Jumlah Elektron Tiap
Kulit : 2, 8, 18, 1
§ Bilangan oksidasi :
2, 1 (oksida amfoter)
§ Elektronegatifitas : 1.90 (skala Pauling)
§ Energi Ionisasi : pertama :
745.5 kJ/mol
Kedua : 1957.9 kJ/mol
Ketiga :
3555 kJ/mol
§ Jari - jari Atom : 135 pm
§ Jari – jari Kovalen :
138 pm
§ • Struktur Kristal :
kubus pusat muka
a. Perak (Ag)
Berasal dari beberapa bahasa Latin
argentum. Perak telah dikenal sejak jaman purba kala. Unsur ini disebut dalam
Alkitab. Beberapa tempat buangan mineral di Asia Minor dan di pulau-pulau di
Laut Aegean mengindikasikan bahwa manusia telah belajar memisahkan perak dari
timah sejak 3000 SM (Mohsin, 2006).
Sifat Fisika
§ Fasa
:padatan
§ Densitas : 10,49 g/cm³
§ Titik lebur : 1234,93 K(961,78 °C, 1763,2 °F)
§ Titik didih : 2435 K(2162 °C, 3924
°F)
Sifat Kimia
§ Bilangan oksidasi : 1
(oksida amfoter)
§ Nomor atom : 47
§ Nomor massa :
107,87
§ Elektronegatifitas : 1,93 (skala pauling)
§ Energi ionisasi 1 : 731,0 kj/mol
§ Energi ionisasi 2 : 2070
kJ/mol
§ Energi ionisasi 3 : 3361
kJ/mol
§ Jari-jari atom :
160 ppm
§ Jari-jari ikatan kovalen : 153 ppm
§ Jari-jari van der waals :
172 ppm
§ Struktur kristal : kubus berpusat muka
b.
Emas (Au)
Emas berasal dari bahasa
Yunani yaitu chrysos, Latin aurum, dan Inggris kuno gold telah diketahui
sebagai sangat berharga sejak zaman prasejarah lagi. Emas telah lama dianggap
sebagai logam yang paling berharga, dan nilainya telah digunakan sebagai piawai
untuk banyak mata uang dalam sejarah. Emas telah digunakan sebagai simbol
ketulenan, nilai tinggi, kedaulatan, dan lebih-lebih lagi peranan yang
mengaitkan sifat-sifat tersebut (lihat album emas). Emas, dalam sejarah
perkembangan sistem ekonomi dunia, sudah dikenal sejak 40 ribu tahun sebelum
Masehi. Hal itu ditandai penemuan emas dalam bentuk kepingan di Spanyol, yang
saat itu digunakan oleh paleiothic man. Dalam sejarah lain disebutkan bahwa
emas ditemukan oleh masyarakat Mesir kuno (circa) 3000 tahun sebelum masehi.
Sedangkan sebagai mata uang, emas mulai digunakan pada zaman Raja Lydia (Turki)
sejak 700 tahun sebelum Masehi. Sejarah penemuan emas sebagai alat transaksi
dan perhiasan tersebut kemudian dikenal sebagai barbarous relic.
Emas
adalah unsur kimia dalam tabel periodik yang memiliki simbol Au dan nomor atom
79. Sebuah logam transisi (trivalen dan univalen) yang lembek, mengkilap,
kuning, berat, malleable, dan "ductile". Emas tidak bereaksi dengan
zat kimia lainnya tapi bisa terserang oleh klorin, fluorin dan aqua regia.
Logam ini banyak terdapat di nugget emas atau serbuk di bebatuan dan di deposit
alluvial dan salah satu logam coinage.
Sifat Fisika :
§ Fasa : padat
§ Densitas :19,3 gr/cm3
§ Titik didih : 2856 oC
§ Titik lebur :1064,18 oC
Sifat Kimia :
§ Bilangan oksidasi :3 1 (oksida amfoter)
§ Nomor atom :79
§ Nomor massa :107,87
§ Elektronegatifitas :2,54 (skala pauling)
§ Energi ionisasi 1 : 890.1 kJ/mol
§ Energi ionisasi 2 : 1980 kJ/mo
§ Jari-jari atom :135 ppm
§ Jari-jari ikatan kovalen :144 ppm
§ Jari-jari van der waals :166 ppm
§ Struktur kristal :kubus berpusat muka
Meskipun orbitalnya
berakhir pada d9, unsure golongan IB bersifat inert karena untuk mencapai kestabilan maka
semua unsure golongan IB memiliki konfigurasi
terakhir yaitu d10
s1. Oleh karena itulah kation dengan sub-kulit d telah terisi penuh,
terlihat pada tembaga(I), perak(I), dan emas(I) yang memperlihatkan sifat-sifat
penerima elektron.
Konstanta stabilitas dari ion Cu+ dan Ag+
berturut-turut adalah I>Br>Cl>F karena berdasarkan teori HSAB (Hard Soft Acid Base), Cu+ dan
Ag+ merupakan soft acid, sementara I soft base sehingga Ag+
dan Cu+ akan stabil bila berikatan dengan I. Untuk Br berada pada
borderline, untuk Cl dan
F merupakan hard base, perbedaan sifat inilah yang membuat ikatannya dengan Cu+
dan Ag+ tidak stabil.
Pada umumnya logam d10 yang bermuatan +1
memiliki bilangan koordinasi rendah karena ligan yang biasanya melekat pada
atom pusat merupakan ligan yang ruah. ligan yang
melekat merupakan ligan yang ruah karena atom pusatnya menggunakan hibrida sp
ketika berikatan σ antara atom pusat dengan atom donor (ligan). Kompleks yang
terbentuk dapat berupa kompleks netral ataupun ionik.
Reaktifitas senyawa kompleks logam
transisi ini sebagai katalis muncul disebabkan oleh karena dua hal. Pertama
ligan lemah yang terikat pada ion logam pusat dapat dengan mudah disubsitusi
atau digantikan kedudukannya oleh substrat. Kedua, anion
lawan yang berdaya koordinasi lemah atau sama sekali non koordinasi yang
merupakan suatu asam lewis kuat, dapat meningkatkan keasaman lewis dari logam
pusat. Keasaman diperlukan untuk menarik substrat agar terikat ke pusat aktif
logam.
Berdasarkan deret Volta, emas (Aurum / Au) berada pada deret yang paling
kanan sehingga energi yang dibutuhkan emas untuk mengalami oksidasi sangat
besar karena logam Au merupakan logam inert yaitu sukar untuk melepaskan elektron sehingga sukar untuk bereaksi. Keadaan itulah yang membuat logam Au sulit melakukan oksidasi atau tidak
mudah berkarat.
2.2. Kelimpahan Unsur Logam Cu, Ag, dan Au di
Alam
a. Tembaga (Cu)
Menurut data tahun 2005, Chili merupakan penghasil tembaga
terbesar di dunia, disusul oleh AS dan Indonesia. Tembaga dapat ditambang
dengan metode tambang terbuka dan tambang bawah tanah. Kandungan tembaga
dinyatakan dalam % (persen). Jadi jika satu tambang berkadar 2,3%, berarti dari
100 kg bijih akan dihasilkan 2,3 kg tembaga. Selain sebagai penghasil no.1,
tambang tembaga terbesar juga dipunyai Chili. Tambang itu terdapat di
Chuquicamata, terletak sekitar 1.240 km sebelah utara ibukota Santiago. Sedang tambang tembaga
terbesar di Indonesia adalah yang diusahakan PT Freeport Indonesia di area
Grasberg, Papua. Freeport juga mengoperasikan beberapa tambang bawah tanah
besar, meski dengan kemampuan produksi yang masih berada di bawah Grasberg.
Tembaga di alam tidak begitu melimpah dan ditemukan dalam bentuk bebas maupun
dalam bentuk senyawaan. Bijih tembaga yang terpenting yaitu pirit atau
chalcopyrite (CuFeS2), copper glance atau chalcolite (Cu2S), cuprite (Cu2O), malaconite
(CuO) dan malachite (Cu2(OH)2CO3) sedangkan dalam unsur bebas ditemukan di
Northern Michigan Amerika Serikat. Tembaga kadang-kadang ditemukan secara
alami, seperti yang ditemukan dalam mineral-mineral seperti cuprite, malachite,
azurite, chalcopyrite, dan bornite. Deposit bijih tembaga yang banyak ditemukan
di AS, Chile, Zambia, Zaire, Peru, dan Kanada. Bijih-bijih tembaga yang penting
adalah sulfida, oxida-oxidanya, dan karbonat. Dari mereka, tembaga diambil
dengan cara smelting, leaching, dan elektrolisis
b.
Perak (Ag)
Perak
muncul secara alami dan dalam bijih-bijih argentite (Ag2S) dan horn silver
(AgCl). Bijih-bijih timah, timbal-timah, tembaga, emas dan perunggu-nikel
merupakan sumber-sumber penting untuk menambang perak. Di dunia belahan barat
Meksiko, Kanada, Peru dan Amerika Serikat merupakan negara-negara penghasil
perak (Mohsin, 2006).
c. Emas (Au)
Emas
di kerak bumi sekitar 0,004 ppm. Emas ditemukan Logam ini banyak terdapat di
Nuget emas atau serbuk di bebatuan dan seringnya dipisahkan dari bebatuan dan
mineral-mineral lainnya dengan proses penambangan. Sekitar Dua pertiga produksi
emas dunia berasal dari Afrika Selatan. Emas terkandung pula di air laut
sekitar 0.1 sampai 2 mg/ton, tergantung dimana sampel air lautnya diambil.
2.3 Isolasi Logam Cu, Ag, dan Au
a. Pembuatan Logam Tembaga (Cu)
Ekstrasi
ini dari bijih sulfida dapat dilakukan dengan proses termal yaitu pirometalurgi
atau dengan proses pelarutan air yaitu hidrometalurgi. Pada proses
pirometalurgi, bijih pekat dipanaskan (proses roasting) dalam kondisi udara
terbatas. Proses ini menguraikan ikatan rangkap sulfida menjadi besi (III)
oksida dan tembaga (I) sulfida menurut persamaan reaksi.
4
CuFeS2 (s) + 9 O2 (g) → 2 Cu2S
(l) + 2 Fe2O3 (s)
Pasir
ditambahkan ke dalam lelehan campuran untuk mengubah besi (III) oksida untuk
menjadi ampas atau terak besi (III) silikat menurut pesamaan reaksi :
2
Fe2O3 (s) + 3 SiO2 (s) → Fe2(SiO3)3
(l)
Cairan
ini mengapung pada permukaan dan dapat dituang terpisah. Udara kemudian
ditambahkan lagi untuk mengubah tembaga (I) sulfida menjadi tembaga (I) oksida
:
2
Cu2S (l) + 3 O2 (g) → 2 Cu2O
(s) + 2 SO2
Penambahan
udara dihentikan kira-kira tembaga (I) sulfida
telah teroksidasi. Campuran tembaga (I) oksida dan tembaga (I) sulfida kemudian
mengalami reaksi redoks khusus dan menghasilkan logam tembaga tak murni:
Cu2S
(l) + 2 Cu2O (s) → 6 Cu (l) + SO2
(g)
Proses
pirometalurgi mempunyai sejumlah keuntungan. Proses kimia dan teknologinya
sangat terkenal dipahami, banyak dijumpai pada peleburan-
peleburan tembaga, dan merupakan proses yang relatif cepat.
Kelemahan proses ini bahwa biji harus dapat dipekatkan cukup tinggi, proses
peleburannya membutuhkan banyak energi. Dan proses ini membebaskan energi bebas
SO2 dalam jumlah besar sebagai polutan yang mencemari udara atau lingkungan.
Sebagian besar logam dapat diekstrak dengan proses pirometalurgi,dalam
temperatur tinggi dan menggunakan agen pereduksi karbon monoksida. Tetapi
proses ini membuthkan proses energi input tinggi dan membebaskan limbah polutan
pada udara dan tanah.
Proses hidrometalurgi, yaitu ekstraksi logam dengan proses
pelarutan. Digunakan hingga abad ke-20, dan hanya logam khusus perak dan emas.
Secara umum proses hidrometalurgi terdiri dari tiga tahapan utama yaitu
pelumeran (leaching), pemekatan (concentration), dan pemulihan (recovery).
Tahap pelumeran merupakan tahap peremukan bijih dengan pengguyuran dengan
reaksi tertentu seperti asam sulfat encer untuk ekstraksi tembaga atau ion
sianida untuk ekstrasi perak dan emas, persamaan reaksinya yaitu :
2CuFeS2(s) + H2SO4(aq)
+ 4O2(g) → 2CuSO4(aq) + Fe2O3(s) +
3S(s) +H2O(l)
Bijih tembaga larutan peluluh
4Au (s) + 8CN- (aq) + O2 (g) + H2O
(l) → 4 [Au(CN)2]- (aq) + 4OH- (aq)
Bijih emas larutan peluluh
Jadi, dalam proses hidrometalurgi, belerang dibebaskan dalam
bentuk ion sulfat dalam larutan dan belerang padatan, bukan sebagai gas
belerang dioksida sebagaimana dihasilkan pada proses pirometalurgi.
Pada tahap pelumeran dipakai larutan bakterium thiobacillus
ferrooxi dan hingga dikenal sebagai proses biohidrometalurgi. Fungsi bakteri
adalah mengoksidasi sulfida dalam metal sulfida tidak larut menjadi sulfat
terlarut. Larutan encer ion metal ini dipisahkan, kemudian dipekatkan. Akhirnya
metal dapat diperoleh melalui proses pengendapan kimiawi yaitu reaksi mendesak
misalnya dengan logam besi untuk ekstraksi tembaga dan zink untuk ekstrasi emas
menurut reaksi :
CuSO4 (aq) + Fe (s)
→ FeSO4 (aq) + Cu (s)
2 [Au(CN)2]- +
Zn (s) → 2 Au (s) → 2 Au (s) + [Zn(CN)4]-
(aq)
Pada tahap akhir, logam dapat pula diperoleh secara
elektrokimia, dan gas oksigen hasil dapat digunakan untuk oksidasi pada tahap
awal menurut persamaan reaksi :
Anode : 2 H2O (l) →
O2 (g) + H+ (aq) + 4 e
Katode : 2 Cu2+ (aq)
+ 4 e → 2 Cu (s)
b.
Pembuatan Logam Perak
(Ag)
Perak
terdapat sebagian besar sebagai unsur bebas dan perak(I) sulfida, Ag2S.
Jumlah perak yang cukup signifikan diperoleh pada ekstraksi timbel dari
bijihnya, dan pada pemurnian tembaga secara elektrolisis. Salah satu metode
ekstraksi logam melibatkan permukaan Ag2S dengan larutan natrium
sianida dan teraerasi, yaitu proses yang mengekstrak perak sebagai ion kompleks
disianorgentat(I), [Ag(CN)2]- :
2 Ag2S(s) +
8CN(aq) + O2(g) + H2O(l) → 4[Zn(CN)4]-
(aq) + 2S(s) + 4OH(aq)
Penambahan logam zink mengakibatkan terjadinya reaksi pendesakan,
tunggal ion Ag+ oleh zink, membentuk ion kompleks yang
sangat stabil [Zn(CN)4]2-:
2 [Ag(CN)2]-(aq)
+ Zn(s) → [Zn(CN)4]2-(aq) + 2Ag(s)
Selanjutnya,
pemurnian perak dapat dilakukan secara elektrolisis dengan elektrolit perak
nitrat yang diasamkan, perak tak murni dipasang sebagai anode dan perak tak
murni dipasang sebagai katode.
c.
Pembuatan
Logam Emas (Au)
Pengolahan
bijih emas umumnya harus dilakukan secara bertahap, yaitu dari bijih yang baru
digali dari tambang dengan kadar sangat rendah sekitar beberapa gram/ton saja
masih perlu ditingkatkan menjadi bijih emas berkadar tinggi mencapai kadar
diatas sepuluh gram/ton dengan cara pengayaan atau konsentrasi sehingga menjadi
layak untuk diekstraksi emasnya secara kimia misalnya dengan metode sianidasi
dan lain-lainnya. Terkecuali untuk bijih emas berkadar tinggi atau bijih emas
yang secara alami berukuran butir besar,
sehingga butirannya dapat dilihat dengan kasat mata atau
tanpa mikroskop, bijih jenis ini dengan mudah dapat dipisahkan dengan cara
pendulangan/palong berkarpet dan atau dilanjutkan dengan amalgamasi air raksa,
sehingga membentuk amalgam emas dan setelah itu cukup melalui penggarangan bisa
didapat emas bullion yang mengandung perak.
Kembali ke bijih emas yang ditambang, terdapat berbagai
jenis bijih yang sifat-sifatnya tergantung dari lingkungan keterdapatannya,
misalnya emas alluvial terdapat sebagai butiran emas kasar ataupun halus
sebagai hasil pelapukan, tranportasi dan pengendapan dari aliran sungai; bijih
emas sulfida adalah emas yang terdapat di lingkungan bijih yang mengandung
belerang tinggi atau bersama bijih sulfida lainnya seperti sulfida tembaga,
sulfida besi, sulfida timah hitam dll; bijih emas manganis adalah emas yang
terdapat bersama bijih yang mengandung unsur mangan dst.
Oleh karenanya, jalur proses pengolahannya tidak sama bagi
masing-masing jenis bijih emas tersebut; ada yang dapat langsung dipisahkan
dari mineral pengotor lainnya berdasarkan perbedaan berat jenisnya, ada yang
harus digiling halus agar bisa memisahkan bagian mineral yang berkadar emas
tinggi dari bagian lainnya yang bersifat mengotori bijih atau ukuran halus itu
diperlukan agar kontak dengan bahan pelarut dapat berlangsung efektif, ada pula
yang harus dipanggang dahulu karena mengandung unsur logam lain yang mengurangi
efektifitas kerja bahan pelarut emas. Untuk bisa memahami penggolongan jenis
bijih tersebut, diperlukan kajian mineralogi dan analisis unsur total dari
bijih tersebut; sedangkan untuk menguji sifat kelarutannya dapat diawali dengan
pengujian standar sianidasi. Hasil pengujian sianidasi tersebut akan
mengungkapkan mudah atau sulitnya kelarutan emas dalan larutan sianid, sehingga
dapat dilanjutkan dengan pengujian lainnya, misalnya dengan melakukan
penambahan reagen dsb. Bijih emas yang terdapat bersama bijih logam lainnya,
seperti tembaga, seng, timah hitam dsb, biasanya tidak langsung dilakukan pemisahan
terhadap emasnya, tetapi digabungkan dalam konsentrat tembaga, seng, galena
dst; jadi emas akan diperoleh setelah proses peleburan masing-masing konsentrat
tersebut, yaitu di peleburan bijih tembaga, seng, atau galena.
·
Amalgamasi
Amalgamasi
adalah proses penyelaputan partikel emas oleh air raksa dan membentuk amalgam
(Au – Hg). Amalgam masih merupakan proses ekstraksi emas yang paling sederhana
dan murah, akan tetapi proses efektif untuk bijih emas yang berkadar tinggi dan
mempunyai ukuran butir kasar (> 74 mikron) dan dalam membentuk emas murni
yang bebas (free native gold).
Proses
amalgamasi merupakan proses kimia fisika, apabila amalgamnya dipanaskan, maka
akan terurai menjadi elemen-elemen yaitu air raksa dan bullion emas. Amalgam
dapat terurai dengan pemanasan di dalam sebuah retort, air raksanya akan
menguap dan dapat diperoleh kembali dari kondensasi uap air raksa tersebut.
Sementara Au-Ag tetap tertinggal di dalam retort sebagai logam.
·
Sianida
Ekstrasi emas dan perak, dari mineralnya adalah dilakukan
melalui pembentukan senyawa kompleksnya. Ekstrasi emas dari bijihnya tidak
dilakukan dengan menggunakan asam karena dapat berlangsung secara spontan.
4
Au(s) + O2(g) + 4H+ → 4Au+(aq)
+ 2H2O(l) ΔG° =
+194 kj/mol
Ekstrasi
emas dari bijihnya adalah dengan menggunakan ion sianida karena prosesnya
berlangsung secara spontan.
4Au(s)+ 8CN(aq)+
2H2O(l) → 4[Au(CN)2]-(aq)+
4OH-(aq) ΔG° =
-407 kJ/mol
Emas
murni diperoleh dari elektrolisis larutan ion [Au(CN)2]- dalam air.
[Au(CN)2]-(aq) + e-
→ Au(s) + 2 CN-(aq)
Ekstraksi
perak dari mineralnya juga menggunakan ion sianida. Perak murni diperoleh dari
elektrolisis larutan ion [Ag(CN)2]- dalam air.
2.4. Senyawanya Logam Cu, Ag, dan Au
1.
Tembaga (Cu)
·
Tembaga(II)
Tembaga membentuk senyawa dengan tingkat oksidasi +1 dan +2,
namun hanya tembaga(II) yang stabil dan mendominasi dalam larutan air. Dalam
larutan air, hampir semua garam tembaga(II) berwana biru, yang karakteristik
dari warna ion kompleks koordinasi 6, [Cu(H2O)6)]2+.
Kekecualian yang terkenal yaitu tembaga(II) klorida yang berwarna kehijauan
oleh karena ion kompleks [CuCl4]2- yang mempunyai bangun
geometri dasar tetrahedral atau bujursangkar bergantung pada kation
pasangannya.
Dalam larutan encer ia menjadi berwarna biru oleh karena
pendesakan logam Cl- oleh ligan H2O. Oleh karena itu,
jika warna hijau ingin dipertahankan, kedalam larutan pekat CuCl2
dalam air tambahkan ion senama Cl- dengan menambahkan padatan NaCl
pekat atau gas.
[CuCl4]2- (aq) + 6H2O (l) [Cu(H2O)6]2+
(aq) + 4Cl (aq)
·
Tembaga(I)
Pada
dasarnya tembaga bukanlah logam reaktif, namun logam ini dapat diserang oleh
asam-asam pekat, secara khusus, asam bereaksi dengan asam hidroklorida pekat
mendidih dan menghasilkan larutan tak berwarna dan gas hidrogen. Ion tembaga(I)
yang terjadi, dengan ion klorida segera membentuk ion kompleks tak berwarna
diklorokuprat(I), [CuCl2]-. Tahap reaksi ke dua inilah yang diduga berlangsung
sangat cepat sehingga memicu tahap reaksi pertama seperti berikut ini :
Cu (s) + H3O+ (aq) Cu+ (aq) + H2 (g) + 2H2O (l)
Cu (aq) + 2Cl- (aq) [CuCl2]- (aq)
Jika
larutan ini dituangkan ke dalam air suling bebas udara, diperoleh endapan putih
tembaga(I) klorida menurut persamaan reaksi :
[CuCl2]- (aq) → CuCl (s)
+ Cl- (aq)
Tembaga
klorida harus segera dipisahkan, dicuci dan disimpan bebas udara, sebab
interaksi dengan udara uap air akan menghasikan tembaga(II). Dalam kimia
organik, diklorokuprat(I) digunakan untuk mengubah benzena dianzonium klorida
menjadi klorobenzena menurut reaksi sandmayer :
[C6H5N2]
+ Cl- (aq) C6H5Cl
(l) + N2 (g)
Pada
umumnya, senyawa tembaga(I) tidak berwarna atau putih, karena ion ini mempunyai
konfigurasi elektronik penuh, 3d10. Dalam larutan air, ion tembaga(I) terhidrat
tidak stabil dan mengalami disproporsional menjadi ion tembaga(II) sesuai
dengan ramalan diagram potensial reduksi frost.
2Cu+ (aq)
Cu2+ (aq) + Cu (s)
2.
Perak
(Ag)
Dalam
hampir semua senyawaan perak sederhana (non kompleks), logam ini mempunyai
tingkat oksidasi +1 dan ion Ag+ adalah satu-satunya ion perak yang stabil dalam
larutan air. Senyawa yang penting yaitu perak nitrat, satu-satunya garam perak
yang sangat mudah larut dalam air dan tak berwarna.
Sifat
sukar larut AgCl, AgBr, dan AgI dijelaskan berdasarkan karakter kovalensi,
tetapi AgF padatan putih yang telah larut dalam air dipertimbangkan mempunyai
karakter ionik baik padatan maupun dalam larutan. Perak klorida, Perak bromida
dan perak iodida sangat sensitif terhadap cahaya, dan sifat mudah tereduksi ion
Ag+ menjadi logam Ag mengakibatkan padatan menjadi berwarna gelap. Itulah
sebabnya senyawaan perak disimpan dan larutannya disimpan dalam botol gelap.
Pembentukan
senyawa kompleks perak dimana perak (Ag) sebagai atom pusat dan CN-
sebagai ligan [Ag (CN)2]- didasarkan atas asas
energetika, tingkat energi dari kompleks tersebut adalah paling rendah apabila
tolakan antara dua ligan CN- minimal. Hal ini terjadi apabila dua
ligan CN posisinya berlawanan sehingga kompleks [Ag (CN)2]-
memiliki struktur linier. Fakta secara eksperimen membuktikan bahwa [Ag (CN)2]-
bersifat diamagnetik oleh karena itu hibridisasi kompleks ini melibatkan
hibridisasi sp.
3.
Emas
Salah satu senyawa emas yang paling umum dikenal yaitu emas(III) klorida, AuCl3 yang dapat dibuat dengan meraksikan secara langsung kedua unsur bersama menurut persamaan reaksi berikut (Sugiyarto, 2003: 271):
Salah satu senyawa emas yang paling umum dikenal yaitu emas(III) klorida, AuCl3 yang dapat dibuat dengan meraksikan secara langsung kedua unsur bersama menurut persamaan reaksi berikut (Sugiyarto, 2003: 271):
2Au (s) + 3Cl2 (g) →
2AuCl3 (s)
Senyawa ini dapat larut dalam asam hidroklorida pekat menghasilkan
ion tetrakloroaurat(III), [AuCl4]-, suatu ion yang merupakan salah satu
komponen dalam “emas cair”, yaitu suatu campuran spesies emas dalam larutan
yang akan mengendapkan suatu film logam emas jika dipanaskan (Sugiyarto, 2003:
271).
Permukaan logam yang halus dan bersih akan memberikan kilau tertentu.
Kilau dari logam adalah tampak sama meskipun dilihat dari berbagai sudut sinar pantul.
Hal ini memungkinkan untuk dapatnya sebagian logam digunakan sebagai pemantul
sinar tampak, misalnya logam perak pada cermin perak. Logam natrium dan kalium
juga dapat berkilau, akan tetapi kilaunya cepat sekali memudar karena terbentuknya
oksida pada permukaan logam akibat reaksinya dengan oksigen dari udara. Kilau
logam berbeda dengan kilau dari nonlogam seperti kilau dari belerang dan iodin.
Nonlogam baru tampak berkilau apabila dilihat dengan sudut pandang yang kecil.
2.5 Reaktifitas
Logam
transisi golongan I B bersifat inert (tidak mudah bereaksi) dengan kata lain
reaksinya berjalan lambat, meskipun konfigurasi elektron golongan I B berakhir
pada d10 yang merupakan unsure yang
labil (reaksinya berjalan cepat) sesuai dengan teori berikut:
2.6 Ikatan
Senyawaan Logam Cu, Ag, dan Au
Adapun ikatan yang terbentuk pada
unsure golongan I B yang terdiri dari Cu, Ag dan Au adalah ikatan kovalen dan ikatan
logam.
BAB III
KESIMPULAN
1.
Perak murni memiliki konduktivitas kalor
dan listrik yang sangat tinggi diantara semua logam dan memiliki resistansi
kontak yang sangat kecil.Pengolahan nya pun terdiri dari beberapa tahap, yang
dimulai dari persiapan dan penghancuran bijih perak, serta pemurnian perak dari
bijihnya.
2.
Tembaga merupakan unsur yang tidak
reaktif sehingga tahan terhadap
korosi. Pada udara yang lembab permukaan tembaga ditutupi oleh suatu lapisan yang berwarna hijau
yang menarik dari tembaga karbonat
basa,
Cu(OH)2CO3.
3.
Tembaga merupakan suatu unsur yang
sangat penting dan berguna untuk
metabolisme.
Batas konsentrasi dari unsur ini yang mempengaruhi pada air berkisar antara 1 – 5 mg/l
merupakan konsentrasi tertinggi. Dalam industri, tembaga
banyak digunakan dalam industri cat, industri fungisida serta dapat digunakan sebagai katalis, baterai
elektroda, sebagai pencegah pertumbuhan
lumut,
turunan senyawa-senyawa karbonat banyak digunakan sebagai pigmen dan pewarna kuningan.
4.
Emas
adalah
unsur kimiadalam tabel periodikyang memiliki simbol Au dan nomor atom79. Sebuah logam
transisi(trivalen dan univalen) yang lembek,
mengkilap,
kuning, berat, malleable, dan "ductile". Emas tidak bereaksi dengan zat kimia
lainnya tapi bisa terserang oleh klorin, fluorindan aqua regia. Logam ini banyak terdapat di nugget emasatau
serbuk di bebatuan dan di deposit alluvialdan salah
satu logam coinage.
5.
Reaktifitas senyawa kompleks logam transisi ini
sebagai katalis muncul disebabkan oleh karena dua hal. Pertama
ligan lemah yang terikat pada ion logam pusat dapat dengan mudah disubsitusi
atau digantikan kedudukannya oleh substrat. Kedua, anion
lawan yang berdaya koordinasi lemah atau sama sekali non koordinasi yang
merupakan suatu asam lewis kuat, dapat meningkatkan keasaman lewis dari logam
pusat. Keasaman diperlukan untuk menarik substrat agar terikat ke pusat aktif
logam.
DAFTAR
PUSTAKA
Achmad, Hiskia.
1992. Kimia Unsur dan
Radiokimia. Bandung: PT. Citra Aditya Bakti.
Aini,
jordan. 2009. Pengertian Logam Transisi.
http://shinnypadelecki.blogspot.com/2009/ 12/pengertian-logam-transisi.html.
diakses tanggal 28 Mei 2011
Anonim1.
2011. Tabel Periodik. http://Tabel
Periodik _ Chem-Is-Try.Org _ Situs Kimia Indonesia _.htm. diakses tanggal 14
Maret 2011
Anonymous2.
2011. Group 11 Element.
http://en.wikipedia.org/wiki/Group_11_element. diakses tanggal 29 Mei 2011
http://www.seas.harvard.edu/ekaxiras/pubs/Papers/jp0641379.pdf
http://www.janetsgoldnuggets.com/butt.pdf
Cotton, F.A dan G. Wilkinson. 2009. Kimia Anorganik
Dasar. Jakarta: UI-Press.